Selasa, 01 April 2014

Bermain Sambil Belajar



Suatu hari, saya mengajak si kecil ke tempat bermain yang ada di sebuah mall yang letaknya tidak jauh dari rumah. Seandainya ada pilihan untuk pergi ke taman kota, saya pasti akan mengajak anak saya ke sana. Tetapi di daerah saya belum ada fasilitas taman kota yang nyaman. Akhirnya, arena bermain di mall yang jadi alternatif saya untuk mengajak si kecil bermain di luar.

Banyak sekali wahana permainan di tempat ini, tetapi saya hanya memberi 3 kali kesempatan bermain kepada si kecil. Sebelumnya saya telah membeli 3 tiket, nanti si kecil akan memilih sendiri 3 wahana permainan yang paling disukainya. Awalnya, tiap kali ke sini selalu berakhir dengan tangisan si kecil yang tidak mau saya ajak pulang, dia masih kurang bermain di sana. Tetapi saya selalu menjelaskan, bahwa dia hanya bisa bermain 3 kali saja. Meskipun berkali-kali terjadi, akhir-akhir ini si kecil mulai mengerti, setelah 3 tiket habis dia pakai dia tidak menangis lagi ketika saya ajak keluar dari area bermain itu.Yah meskipun sekali-kali masih ada protes dari dia. Tetapi saya selalu mengatakan bahwa lain kali masih ada kesempatan lagi untuk bermain di sini. 

Ternyata, melatih anak-anak untuk bisa mengerti penjelasan kita itu bukan hal yang mudah. Harus diulang berkali-kali, tak jarang disertai oleh tangisan bahkan tantrum. Tekanan buat saya, sebagai ibunya, akan bertambah karena terkadang dia menagis dan tantrum di tempat umum. It's not easy to deal with it. Saya bukannya pelit hanya memberinya kesempatan bermain hanya 3 kali. Saya hanya ingin anak saya mengerti tentang komitmen, karena biasanya sebelum bermain, perjanjian di awal bahwa kita hanya bermain 3 kali saja. Selain itu, saya ingin mengajari si kecil tentang prioritas. Dengan hanya punya 3 kali kesempatan, dia akan memilih wahana permainan mana saja yang dia suka dari sekian banyak permainan yang ada di sana.

Banyak sekali pelajaran yang sebenarnya bisa kita ajarkan kepada si kecil sambil berjalan-jalan. Selain hal yang sudah saya sebut di atas, saya bisa mengajari si kecil untuk mengantri. Mulai dari antri ketika membeli tiket, dan antri ketika akan masuk ke sebuah wahana permainan. Tetapi sering saya dibuat jengkel oleh ulah orang tua lain, yang dengan seenaknya menyerobot antrian membeli tiket. Lebih parahnya, terkadang di depan pintu sebuah wahana permainan, seorang ibu menyuruh anaknya untuk menerobos antrian. Ketika saya melihat hal-hal yang seperti itu, saya hanya bisa bilang kepada si kecil, bahwa itu contoh yang salah, kita tidak boleh seperti itu.

Seharusnya kita, sebagai orang tua, yang memberikan pelajaran-pelajaran tentang kebaikan. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan bersama anak akan membentuk watak dan karakter anak. Si kecil adalah peniru ulung, dia akan menirukan apa yang kita lakukan, apa yang kita bicarakan. Saya sadar, saya bukanlah manusia yang sempurna, tetapi setidaknya saya berusaha untuk selalu menjadi yang lebih baik demi anak saya. Karena saya adalah guru pertama buat anak saya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tayari ae Bu =D hwahahahahahaa......
jarang jarang ada yang mau nge share hal yg keliatanya sepele, tapi sebenarnya berharga banget...

Posting Komentar

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

© 2011 Me, My self and The Universe, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena