Tetiba saja dapat ide nulis ini ketika membaca status seorang teman di FB. Diana, menulis status seperti ini: " saling menghargai pilihan masing2 :)"
Terakhirnya pakai smile, berarti Diana gak sedang marah atau jengkel, hahahahaa...Maap nih, Di. Aq pinjem nama+statusmu. Ya kali nanti dikasih bronis #ngarep #belikaee
Saling menghargai. Kalimat simple yang sudah kita dengar sejak kecil. Pas jaman SD, ada pelajaran PMP, eh, sekarang masih ada gak sih pelajaran itu?. Di pelajaran itu saya kenal saling menghargai. Sebenarnya kalimatnya sederhana sekali kan? Tapi apakah kita semua, termaauk saya, bisa melakukannya?
Kita hidup di lingkungan dengan berbagai macam lapisan perbedaan, mulai dari perbedaan gender, perbedaan SARA, perbedaan latar belakang ekonomi, dan masih buuuanyak lagi kalau mau kita cari perbedaan-perbedaan yang ada. Nah, momennya sekarang ini kan sedang hangat-hangatnya Kampanye Pilpres. Dengan dua calon, pastinya ada yang mendukung nomor 1 dan mendukung nomor 2. Terus terang saya capek akhir-akhir ini tiap mantengin FB. Para pendukung jadi menjelek-jelekkan pihak satunya. Ada juga lho yang tiap hari bikin status mbelani si calon nomor sekian. Sampai-sampai saya tanya sama Mr. Misua, "Mas, mas, si Anu itu apane Pak xxx sih, kok kayaknya ngotot banget mbelaninya." Suami saya cuman senyum-senyum saja mendengar pertanyaan saya.
Saya dan suami punya pandangan yang sedikit berbeda tentang pilpres kali ini. Tapi kami menyikapinya biasa saja, justru ini sebagai pembelajaran bagi kami. Bagaimana kami bisa saling menghargai satu sama lain. Karena kami berbeda.
Sebenarnya, kalau mungkin saya berinteraksi dengan orang lain, juga akan bertemu yang pilihannya gak sama kayak saya. Berhubung tiap hari sekarang saya ketemunya sama orang-orang Jepun, jadinya gak merasakan aura perbedaan jagoan dalam masa pilres tahun ini. Tsshaahh.......
Terasanya pas buka socmed aja. Buka FB liat status si anu belain nomer sekian, si Ini nge-share link tentang nomer sekian. Sebenernya sih ga apa-apa juga sih ya, namanya menunjukkan kalau dianya pendukung jagoannya itu. Ya emang gak apa-apa, tapi gak apa-apa ini berubah jadi apa-apa adalah ketika mulai saling menjelek-jelekkan pihak lain. Saling buka aib pihak lain, lupa sama aibnya sendiri kali yaaa... Padahal kan, nanti, salah satu dari kedua calon itu akan jadi pemimpin kita. Gimana coba rasane dipimpin sama orang yang dulu kita hujat habis-habisan, kita hina habis-habisan. Kita sebar aib nya kemana-mana. Padahal kita juga belum tentu tahu kebenarannya.
Pernah juga memperhatikan fenomena nge-share link tentang salah satu calon, yang kemudian berakhir pada saling adu argumen antar teman, yang satu tersinggung atas ucapan temen yang satunya, dan yang satunya tetep ngotot pada pendapatnya. Dan yang nge-share link jadi gak enak ati, gegara kelakuannya yang mungkin gak ada niatan apa-apa, temen-temennya jadi berantem. Nah looo... (Buat yang ngerasa, maap yak :) )
Kalo menurut saya, seseorang akan bisa menghargai orang lain ketika orang tersebut menyadari adanya perbedaan. Jangan paksa orang lain untuk punya pandangan yang sama, untuk punya pendapat yang sama. Kalau misalnya mau mengajak orang lain untuk sependapat dengannya, baiknya gunakan cara-cara yang baik, untuk menghindari adanya pihak-pihak yang tersinggung. Ini menurut saya lho yaaa...Kan pasti diantara yang membaca tulisan ini punya pendapat yang tidak sama seperti pendapat saya :)
Jadi, kenapa harus saling menghargai? Ya karena perbedaan itu nyata adanya, Sodara-Sodara. Sekian.
0 komentar:
Posting Komentar