Hari ini, dua minggu lagi saya resmi berhenti dari pekerjaan saya. I'm a stay at home mom to be.
Why tika? Why?
Sebenarnya memutuskan untuk berhenti bekerja bukanlah pilihan yang gampang buat saya. Sudah 9 tahun saya jd wanita pekerja. Empat tahun belakangan ini saya jalani dengan meninggalkan anak di rumah dengan pengasuhnya. Setiap hari selalu merelakan dia dibawah pengasuhan orang lain sambil berdoa, "Ya Allah, jagakanlah dia".
Setiap sore, selalu berjibaku dengan padatnya jalanan ibukota, berharap dan berdoa dalam hati, "Traffic, please be kind to me today. I have to arrive at home soon and safely".
Saya adalah orang yang harus tau limit diri saya sendiri agar saya bisa melewatinya. Tapi dalam kasus ini, silakan bilang saya gampang menyerah, silakan bilang saya tidak mampu break the limit. Tapi limit saya untuk jadi ibu tak terbatas. Saya merasa, saat ini anak saya lebih membutuhkan saya. Perusahaan tempat saya bekerja pasti dengan mudah mencari pengganti saya, tapi saya ini tidak bisa tergantikan bagi anak saya.
So, Boss, I'm sorry goodbye.....
Takut? Iya saya takut. Saya ini lembam, tidak suka perubahan. Tapi saya tau, apapun yang terjadi dunia akan terus berputar. Saya menjalani ini tidak sendiri. Ada seorang laki-laki yang terus mendukung saya. Ada laki-laki yang sangat bahagia sekali ketika saya pada akhirnya membuat surat pengunduran diri. Ada seorang laki-laki yang nantinya akan bekerja lebih keras lagi demi menghidupi anak dan istrinya. Yes, it's you, Jendral. Thank you for always being you :) .
Dan ada seorang anak wedok yang selalu bersinar-sinar. Yang pasti akan lebih susah dihadapi dari pada setumpuk pekerjaan di kantor.
Sampai kapan? Sampai waktunya tiba saya bekerja kembali. Saat ini pasti akan lebih picky dalam mencari tempat kerja baru. Karena akan banyak pertimbangan, salah satunya jarak dari rumah.
Let's go dancing in the rain, Jendral. Welcome to our new journeys.